Tenun Tradisional Desa Sukarara


Kali ini saya lanjutkan share pengalaman jalan-jalan di lombok kunjungan ke kampung tenun tradisional desa Sukarara. Orang sasak menyebutnya sukarare, jadi akhiran a dibaca e. Disini kita bisa belajar salah satu tradisi suku sasak, yaitu menenun. Desa ini terletak di Lombok tengah, sekitar 20 menit dari kota Mataram. Wanita suku sasak sejak umur 9 tahun sudah diajarkan menenun atau nyesek.  Wanita Sasak wajib belajar tenun, bahkan dijadikan syarat untuk nikah. Kalo belum bisa membuat tenunan belum boleh menikah. Membuat tenunan ini tidak menggunakan mesin alias tradisional.

Menurut ibu-ibu disitu, setiap harinya anak gadis belajar menenun dari pagi sampe sore secara terus menerus, hanya istirahat 1 jam saja. Ada sekitar 30 pola tenun yang harus mereka pelajari. Pola yang paling populer adalah pola rumah adat sasak (lumbung) dan tokek. Sementara pola yang paling susah adalah pola seperti kaligrafi. Ada 2 tipe tenunan, songket dan tenun biasa (untuk taplak dll). Oya benang yang digunakan juga mereka buat sendiri secara tradisional. Benangnya dibuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, dll. Pewarnanya juga didapat dari tanaman, seperti mahoni, jati, asam, manggis dll. Setiap harinya mereka hanya boleh membuat tenunan sekitar 15 cm. Karenanya pembuatan satu sarung songket bisa membutuhkan waktu 1-2 bulan.  Karena itu juga maka kain songket ini harganya mahal.

Tradisi menenun ini tetap diwariskan sampai saat ini bagi para wanita Desa ini. Inilah pekerjaan mereka sehari-hari selain tani. Laki-laki tidak boleh menenun, menurut orang sini kalo laki-laki belajar menenun nanti akan mandul. Di desa ini tamu yang datang akan diajarkan untuk  membuat tenunan langsung praktek alias hands-on. Ternyata sulit sekali untuk membuat tentunan. Selain itu tentunya anda bisa belanja macam-macam kain songket yang indah.

Oya ada adat yang berbeda kalau wanita mau menikah. Jadi kalau gadis dan pemuda sudah saling suka,   kalau di daerah lain sang pria harus melamar sang gadis ke orangtuanya. Di Sasak, bila gadis dan pemuda sudah saling suka,  maka si pemuda harus menculik sang gadis.  Jadi kalo pagi-pagi si Bapak kehilangan anak gadisnya berarti  anak gadisnya sudah menikah. Menurut ibu-ibu disini dulu dia diculik pada umur 18 tahun. Wah berarti di kampung ini  banyak penculik gadis. Besok saya akan lanjutkan share perjalanan ke desa Sade kampung tradisional Suku Sasak.

Selamat berlibur


Silahkan tuliskan tanggapan, kritik maupun saran