Menyikapi Perbedaan


Minggu ini saya dapat giliran ngasih kultum, alias kuliah kumaha antum. Padahal gak pernah ngerasa jadi ustad. Cuman semua warga sini dapet giliran. Bingung juga mau cerita apa, masa saya cerita tentang malware. Nanti dibilang ustad malware. Akhirnya mendadak browsing-browsing, akhirnya saya pilih topik tentang menyikapi perbedaan. Berikut ini contekan saya pas kultum.

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, washsholaatu wassalaamu ‘ala isyrofil anbiyaai walmursaliin, wa’alaa alihi washohbihii ajma’iin ammaba’ad

Kemaren saya ngobrol dengan tetangga saya, dia bilang, saya mah sekarang tarawih di rumah aja a’. Karena saya mah dari kecil biasa taraweh teh 2 rakaat 2 rakaat. Kalo di mesjid situ mah 4 rakaat. Seringkali memang dalam kehidupan kita, terjadi perbedaan pendapat. Contoh lainnya misalnya ada 2 orang sahabat yang berbeda pilihan politiknya. Yang satu memilih A yang lainnya memilih B. Kemudian hanya gara-gara perbedaan pilihan itu, mereka ribut, bahkan jadi musuhan.

Sebenarnya perbedaan itu adalah suatu hal yang wajar, dan pasti terjadi.

Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka.” (Hud: 118-119).

Nah karena perbedaan pendapat itu pasti ada, yang penting adalah bagaimana kita menyikapinya.

“Jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisa’ : 59]

Maksudnya bila terjadi perbedaan pendapat tentang sesuatu, yang pertama kita cari dulu penjelasannya di Quran dan Hadis. Jadi baiknya kita bertanya tentang masalah yang kita berbeda pendapat tersebut, kepada ulama yang menguasai Quran dan hadis.

Kemudian tetap menjaga akhlak, ketika terjadi perbedaan pendapat. Sebaiknya kita jauhi perdebatan yang tidak berguna. Jangan sampai kita saling mencela orang lain.

“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberi kan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR Abu Dawud; dari kitab Riyadhus Shalihin).

Kemudian saya cerita tentang kisah perbedaan pendapat pada jaman Khalifah Ali ra. Pada waktu itu khalifah Utsman ra dibunuh, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat muslim saat itu. Satu pihak langsung membaiat Ali bin Abi Thalib r.a sebagai khalifah. Satu pihak lagi belum berbaiat, alasannya mereka meminta Ali untuk menangkap pembunuh Utsman Bin Affan ra terlebih dahulu.

Perbedaan sikap antara ummat ini dimanfaatkan oleh pihak ketiga, untuk mengadu domba umat. Tokohnya adalah Abdullah bin Saba. Konon dia adalah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam.

Awalnya Abdullah bin Saba’ berusaha ngomporin Ali bin Abi Thalib untuk merebut jabatan khalifah dari Utsman bin Affan. Tapi tidak berhasil. Selanjutnya, Abdullah bin Saba’ memprovokasi penduduk Mesir untuk membunuh Khalifah Utsman bin Affan. Mereka terprovokasi oleh berita hoax tentang Utsman bin Affan. Namun upaya ini gagal, penduduk Mesir tidak jadi membunuh Utsman setelah bertemu dan mendapat penjelasan langsung dari Sang Khalifah dan para Sahabat.

Abdullah bin Saba bahkan membuat surat palsu seolah-olah Utsman memerintahkan kepada gubernur Mesir untuk ‘balas dendam’ membunuh rombongan yang sebelumnya mau membunuh khalifah. Namun Abdullah bin Saba berhasil melakukan rencana pembunuhan Utsman

Setelah terbunuhnya Utsman, Ali bin Abi Thalib kemudian diangkat menjadi Khalifah, namun terjadi perbedaan pendapat dikalangan para sahabat tentang pembunuh Utsman. Aisyah ra, Thalhah ra, Zubair ra, Muawiyyah ra, dll menuntut segera dilakukan hukuman kepada para pembunuh Utsman. Namun, Khalifah Ali bin Abi Thalib memilih untuk menundanya, karena kondisi negara sedang dalam keadaan kacau, sehingga perlu ditertibkan dahulu.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh Abdullah bin Saba’ untuk ngomporin kedua kubu ini, sehingga situasinya menjadi semakin panas. Akibat provokasi ini hampir terjadi perang antara kedua kubu. Untuk mencegah peperangan, diadakan pertemuan antara Khalifah Ali beserta pasukannya dan ‘Aisyah, Thalhah, Zubair, dan pasukannya. Diskusi antara kedua kubu memutuskan segera memberikan hukuman kepada para pembunuh Utsman.

Mendengar berita ini, Abdullah bin Saba gelisah dan merencanakan rekayasa peperangan diantara para Sahabat. Ketika malam hari, dimana para Sahabat dan pasukan mereka sedang beristirahat, pasukan Abdullah bin Saba menyerang pasukan Aisyah, Thalhah, Zubair dll. Ketika pasukan Aisyah mencari tahu siapa yang menyerang mereka, munculah hoax bahwa yang menyerang mereka pasukan Aisyah adalah pasukan Ali. Mendengar berita tersebut, pasukan Aisyah langsung menyerang pasukan Ali. Sehingga terjadilah perang jamal. Perang jamal ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Namun Thalhah dan Zubair, dua sahabat yang dijamin masuk surga, syahid.

Setelah perang jamal, ternyata situasinya semakin kacau. Gubernur Damaskus, Muawiyyah mengirim pasukannya untuk meminta Ali segera memberikan hukuman bagi para pembunuh Utsman. Khalifah Ali memerintahkan pasukannya untuk memberikan penjelasan dan mencegah pasukan Muawiyyah agar tidak masuk ke Ibukota. Namun pertemuan pasukan Ali dan Muawiyyah di Shiffin justru menghasilkan perang saudara. Perang ini dinamakan Perang Shiffin. Perang Shiffin dimenangkan oleh pasukan Ali. Akibat perang Jamal dan shiffin ini konon awal mula perpecahan dalam umat Islam.

Hikmah dari peristiwa tersebut, adalah ketika terjadi perbedaan pendapat, kita harus waspada. Selalu ada pihak ketiga yang melakukan provokasi dan mengadu domba. Hindari keributan, lakukan dialog dan tetap utamakan ukhuwah.

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdialoglah dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang tersesat, dan Dia lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk.” QS Annahl 125

Demikian semoga ada manfaatnya. Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”


Satu tanggapan untuk “Menyikapi Perbedaan”

Tinggalkan Balasan ke ucapan selamatBatalkan balasan