Shaum dan Taqwa


Ibadah shaum merupakan ibadah yang unik. Dulu sewaktu masih di jerman seringkali saya harus menanggapi pertanyaan2 skeptis dari teman2 saya mengenai ibadah ini. Mereka  sering mengartikan ibadah ini sebagai ajang penyiksaan tubuh. Konon kata “puasa” konon berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “menyiksa diri”. Sementara shaum sendiri bermakna menahan diri.

Bila kita telaah ternyata ibadah ini telah lama diperintahkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW memperoleh wahyu dari Allah SWT. Bahkan penemuan ilmu pengetahuan terkini telah membuktikan bahwa binatang maupun tumbuhan juga menjalankan shaum.

Hai orang2 yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang2 sebelum kamu,agar kamu bertakwa (Q.S.2:183)

Ternyata memang bukan hanya umat Muhammad yang mendapat perintah puasa, dari Ibnu Katsir diriwayatkan bahwa para Nabi sejak Nabi Nuh A.s sampai Nabi Isa A.s menjalankan puasa minimal 3 hari per bulan. Nabi Musa a.s menjalankan puasa selama 40 hari penuh. Kemudian dari Q.S.Maryam juga disebutkan bahwa nabi Isa A.s, Maryam dan nabi Zakariya A.s juga menjalankan puasa. Nabi Daud A.s bahkan menjalankan puasa setiap 2 hari.
Sebelum mendapatkan wahyu, nabi Muhammad SAW juga rutin menjalankan puasa selama 3 hari dalam sebulan.

Binatang dan tumbuhan ternyata juga menjalankan ibadah puasa ini, contohnya ayam pada saat mengerami telur, ular yang berpuasa agar menjaga kulitnya agar tetap dapat melindungi dirinya dari sinar matahari maupun lingkungannya, maupun juga Pinguin pada saat mengerami telur. Kesemua binatang tersebut menjalankan puasa agar dapat bertahan hidup di lingkungannya.

Dari ayat diatas disebutkan tujuan berpuasa adalah agar kita mencapai derajat taqwa.

  • Beberapa ulama mendefinisikan taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah SWT & meninggalkan segala larangannya.

Ada banyak sekali contoh dan tuntunan tentang taqwa.

Abu Hurairah pernah ditanya: “Abu Hurairah, Apa itu takqwa?”
Beliau menjawab “Apakah engkau pernah melalui jalan yang penuh duri ? ”
“Tentu saja” jawab sang penanya.
“Lalu apa yang engkau lakukan? ” Abu Hurairah balik bertanya.
“Jika aku melihat duri maka aku akan menyingkirkannya atau menghindarinya” jawab sang penanya
“Nah, Demikianlah itu taqwa” kata Abu Hurairah. Demikianlah beliau mencoba menjelaskan makna taqwa.

  • Taqwa juga dapat dimaknakan sebagai sikap hati2 & waspada dalam menjalani kehidupan karena khawatir terjerumus dosa.

Hal ini didasarkan pada hadits berikut :
Seorang mukmin tidak akan mencapai derajat takqa hingga meninggalkan hal2 yang tidak berguna karena khawatir terjerumus ke dalam hal2 yang haram” H.R Bukhari.

Ciri lain orang bertawa pernah dijelaskan oleh Nabi Daud A.s kepada Nabi Sulaiman A.s
“Anakku, engkau akan menemukan ketakwaan pada seseorang dengan 3 hal :

  1. tawakal atas apa saja yang menimpa dirinya,
  2. Ridha atas apa saja yang Allah berikan padanya, dan
  3. Zuhud atas apa saja yang hilang dari dirinya”

Walaupun shaum bertujuan agar kita dapat menjadi orang yang bertaqwa, ternyata tidak semua orang yang shaum di bulan Ramadhan akan memperoleh gelar taqwa.
Hadits rasulullah , “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan dahaga belaka . Dan betapa banyak orang yang Shalat malam hanya mendapatkan begadangnya saja. ”
Umar bin Abdul Aziz mengartikan taqwanya seseorang tidaklah dapat dilihat dari seringnya shaum ataupun seringnya shalat malam atau dua duanya, tetapi taqwa itu bila orang tersebut meninggalkan apa yang diharamkan dan melaksanakan perintah Allah SWT.

Sebagai penutup semoga kita termasuk orang2 yang lulus dari bulan Ramadhan dengan memperoleh gelar taqwa karena orang yang bertaqwa merupakan golongan yang mulia di hadapan Allah SWT.
Seperti penjelasan Allah pada Q.S.49:13 ” Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu”
Syekh Abdul Qadir Jailani mengajarkan “Kemuliaan seseorang karena takwanya, kehinaan seseorang karena maksiatnya.”


2 tanggapan untuk “Shaum dan Taqwa”

Tinggalkan Balasan ke Berita MataramBatalkan balasan