Ibadah dan akhlaq


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya. “Wahai para sahabatku, apakah kalian tahu siapa orang yang muflis (bangkrut) itu?”. Para sahabat kemudian menjawab, “Orang bangkrut itu adalah orang yang tidak punya uang dan harta benda.”.

Namun Rasulullah SAW bersabda, “Bukan itu. Orang yang muflis (bangkrut) itu, adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala salat, zakat dan puasa, namun saat di dunia dia gemar mencaci dan memfitnah orang lain. Memakan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Maka orang yang menjadi korban dari orang ini, akan mendapatkan pahala kebaikan yang dia bawa. Jika telah habis pahala-pahalanya diberikan, maka dosa para korban yang akan ditimpakan ke orang muflis ini. Kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.”.

Dari kisah Rasulullah diatas agar kita tidak menjadi orang yang rugi maka kita harus menjaga akhlak kita, tidak hanya meningkatkan ibadah saja.

Menurut Imam Al Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan perbuatan secara mudah dan spontan tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu.

Dalam QS. Al Qalam: 4, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Sehingga dalam QS. Al Ahzab: 21, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Seorang muslim idealnya mengikuti teladan Rasulullah SAW. Mengikuti ibadah beliau, perilaku beliau dan melaksanakan ajaran beliau.

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208)

Demikian semoga bermanfaat!

Sumber: 

https://islam.nu.or.id/tafsir/pengertian-islam-secara-kaffah-dalam-dua-tafsir-al-quran-MoYec

Silahkan tuliskan tanggapan, kritik maupun saran